Waskita Karya Bergabung dengan Grup Hutama Karya: Perjalanan Menuju Sinergi BUMN Konstruksi

Spread the love

BejaPT – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, mengumumkan rencana bergabungnya Waskita Karya ke dalam grup Hutama Karya. Langkah ini diambil melalui proses inbreng, di mana saham pemerintah yang dimiliki oleh Waskita akan dimasukkan ke dalam Hutama Karya. Meskipun prosesnya masih memerlukan persetujuan dari berbagai pihak, langkah ini menunjukkan arah strategis bagi kedua perusahaan BUMN dalam meningkatkan sinergi dan mengatasi tantangan yang ada.

Kabar mengenai rencana penggabungan Waskita Karya ke dalam grup Hutama Karya sebenarnya telah diumumkan oleh Tiko, panggilan akrab Kartika Wirjoatmodjo, beberapa bulan yang lalu. Namun, pihak terkait masih menunggu hingga proses restrukturisasi selesai. Hal ini terkait dengan tanggung jawab Hutama Karya dalam menyelesaikan proyek Trans Sumatera yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Oleh karena itu, Tiko menjelaskan bahwa rencana awal adalah memasukkan saham pemerintah di Waskita ke dalam Hutama Karya.

Profil Hutama Karya

Hutama Karya adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfokus pada layanan konstruksi, pengembangan, dan penyediaan jasa jalan tol. Didirikan pada tahun 1960, perusahaan ini telah melewati berbagai transformasi hingga akhirnya menjadi salah satu pilar penting dalam industri konstruksi di Indonesia.

Sejarah perjalanan Hutama Karya dimulai sebagai perusahaan swasta dengan nama Holladsche Beton Maatshappij. Dengan waktu, perusahaan ini berubah menjadi PN Hutama Karya, sebuah perusahaan negara. Transformasi ini memberikan pijakan bagi Hutama Karya untuk menghasilkan berbagai proyek konstruksi bersejarah, seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan, Jakarta, dan Monumen Patung Dirgantara yang berlokasi di Pancoran.

Di era 1970-an, Hutama Karya memperkenalkan teknologi beton pra-tekan pertama di Indonesia. Ini menjadi awal bagi perusahaan dalam mengembangkan Divisi Prategang yang mendukung penggunaan teknologi tersebut. Pada dekade yang sama, Hutama Karya menjadi perusahaan negara dengan status PT Hutama Karya (Persero).

Pada tahun 1980-an, Hutama Karya mengadopsi inovasi melalui diversifikasi bisnis dengan mendirikan Unit Bisnis Haka Pole, sebuah pabrik yang memproduksi tiang penerangan jalan umum berbentuk baja bersegi delapan (oktagonal). Perusahaan juga mulai melangkah ke pasar internasional dengan memperkenalkan teknologi konstruksi baru, termasuk LPBH (Landasan Putar Bebas Hambatan)-80 ‘SOSROBAHU’ oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Pada tahun 1990-an, Hutama Karya berhasil merancang jembatan berbasis teknologi tinggi seperti Jembatan Bentang Panjang (Suspension Cable Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch Steel Badge, Cable Stayed), yang memenuhi standar internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja, dan lingkungan.

Memasuki milenium baru pada tahun 2000-an, Hutama Karya tidak hanya mengembangkan konstruksi, tetapi juga merangkul pengembangan sektor swasta melalui proyek seperti gedung pencakar langit dan jalan tol. Dalam perkembangan ini, Hutama Karya tetap mengedepankan kualitas dan mutu.

Tidak hanya itu, Hutama Karya juga memiliki tugas penting dalam membangun Jalan Tol Trans-Sumatera sejak tahun 2014, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan konektivitas dan infrastruktur di Indonesia. Hingga saat ini, Hutama Karya telah berhasil mengoperasikan sekitar 542,8 kilometer jalan tol dalam proyek Trans Sumatera.

Dengan langkah penggabungan Waskita Karya ke dalam Hutama Karya, kedua BUMN ini diharapkan dapat memperkuat sinergi mereka dalam menghadapi tantangan kompleks dan mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan untuk Indonesia.