LSIP Umumkan Pengalihan Saham Hasil Buyback: Dampak dan Perkembangan Terkini

Spread the love

BejaPT – PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), salah satu emiten produsen minyak sawit dalam konglomerasi grup Salim, telah mengumumkan rencana pengalihan saham hasil pembelian kembali atau buyback sebanyak 2,9 juta lembar saham. Keputusan ini diumumkan oleh Corporate Secretary LSIP, Fajar Triadi, melalui keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut Fajar, LSIP berencana melakukan pengalihan saham hasil buyback ini dengan cara menjualnya ke lantai bursa. Proses penjualan saham treasuri tersebut akan dimulai dalam 14 hari, terhitung sejak tanggal keterbukaan informasi. Rencananya, penjualan akan dilaksanakan mulai tanggal 15 September 2023 hingga 16 Desember 2023.

Meski tidak dijelaskan harga rata-rata perolehan saham treasury oleh LSIP, investor dan pengamat pasar melihat kondisi historis saham ini sebagai pembanding. Pada tahun 2020, harga saham LSIP sempat mencapai titik terendah Rp498 saat pandemi COVID-19, sebelum akhirnya mengalami kenaikan. Pada perdagangan terakhir sebelum pengumuman ini, harga saham LSIP naik 0,49 persen ke level Rp1.025 per lembar. Dalam sepekan, harga saham LSIP juga mengalami kenaikan sebesar 0,99 persen. Sementara dalam satu tahun terakhir, saham LSIP terkoreksi sebesar 17,34 persen.

Saham LSIP mayoritas dimiliki oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) dengan kepemilikan sebanyak 59,48 persen. Sementara sisanya dimiliki oleh masyarakat sebesar 40,33 persen. Sejumlah saham lainnya dimiliki oleh pihak berelasi dan treasury.

Sebagai informasi tambahan, LSIP mencatatkan penjualan sebesar Rp1,88 triliun di semester pertama tahun 2023. Angka ini mengalami penurunan sekitar 8 persen jika dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya sebesar Rp2,04 triliun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata produk sawit, meskipun ada kenaikan dalam volume penjualan produk sawit.

Presiden Direktur Lonsum, Benny Tjoeng, menegaskan bahwa LSIP akan tetap fokus pada pengendalian biaya dan efisiensi di tahun ini. Dalam menghadapi berbagai tantangan dalam sektor agribisnis, terutama volatilitas harga komoditas dan dampak cuaca, LSIP akan terus meningkatkan produktivitas dan menerapkan praktik-praktik agrikultur yang berkelanjutan.

Hingga semester pertama tahun 2023, LSIP mencatatkan laba kotor sebesar Rp329 miliar, mengalami penurunan sekitar 61 persen dari Rp840 miliar tahun sebelumnya. Laba usaha LSIP juga mengalami penurunan signifikan, turun sekitar 82 persen dari Rp651 miliar secara tahunan.

Dengan demikian, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk LSIP mencapai Rp167 miliar di semester pertama tahun 2023. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 70 persen dari laba bersih sebesar Rp549 miliar di semester pertama tahun 2022. Pada keseluruhan, kondisi bisnis dan perusahaan ini menjadi fokus perhatian dalam menghadapi tantangan ekonomi yang terus berubah.