Bangkit dari Keterpurukan, Kini Kedai Kopi Luckin Asal China Geser Dominasi Starbucks

Spread the love

BejaPT – Jaringan kedai kopi Luckin Coffee asal China telah mencapai jumlah 10.000 toko di China pada bulan Juni 2023. Angka ini mengungguli Starbucks, yang sebelumnya adalah jaringan kedai kopi terbesar di negara tersebut. Dilansir dari CNBC pada Selasa (12/9/2023), Luckin Coffee baru didirikan pada tahun 2017 dan menawarkan kopi dengan harga yang terjangkau serta sistem pemesanan melalui perangkat seluler. China kini menjadi pasar terbesar kedua bagi Starbucks setelah Amerika Serikat (AS).

Keberhasilan pesat Luckin Coffee ini dapat disusul dari strategi ekspansifnya. Pada bulan Juni, mereka telah mengoperasikan 10.829 toko, melebihi jumlah toko Starbucks di China yang berjumlah 6.480 pada akhir kuartal kedua.

“Kebijakan ekspansi toko mereka sangat agresif, dan di China, tidak jarang melihat orang membeli minuman di Luckin dengan harga kurang dari US$2 setelah mendapatkan diskon besar-besaran,” kata Jianggan Li, pendiri dan CEO perusahaan riset teknologi Momentum Works.

Meskipun tradisionalnya China adalah pasar untuk minuman teh, penjualan kopi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di wilayah perkotaan dan kalangan profesional muda. Penjualan kopi di China secara keseluruhan diperkirakan akan terus tumbuh dengan laju pertumbuhan tahunan komposit (CAGR) sebesar 8,7% dari tahun 2022 hingga 2027, menurut analis perusahaan GlobalData.

Luckin Coffee telah membuka 1.485 toko baru selama kuartal kedua tahun ini, rata-rata 16,5 toko baru setiap harinya. Dari total 10.829 toko di China, sebanyak 7.181 dioperasikan oleh perusahaan sendiri dan 3.648 merupakan toko kemitraan.

Selain itu, jaringan kedai kopi asal China ini juga telah memulai ekspansi internasionalnya dengan membuka 14 toko di Singapura pada bulan Maret.

Sebelumnya, pesaing Starbucks yang berbasis di China, Luckin Coffee, telah mengajukan permohonan perlindungan dari ancaman kebangkrutan kepada otoritas yang berwenang di New York, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (5/2/2021). Keputusan ini diambil setelah perusahaan mengakui melakukan pemalsuan penjualan kurang dari setahun sebelumnya dan diharuskan membayar denda sebesar US$ 180 juta sebagai akibat dari pelanggaran tersebut.

Meskipun demikian, Luckin Coffee memastikan bahwa denda tersebut tidak akan mengganggu operasional bisnisnya. Mereka menyatakan, “Luckin akan terus memenuhi kewajiban perdagangan dalam kegiatan bisnis biasa, termasuk membayar pemasok, vendor, dan karyawan,” seperti yang dikutip dari laporan Businessinsider pada Sabtu (6/2/2021).

Dalam upaya untuk melindungi diri dari kebangkrutan, Luckin Coffee juga mengaku sedang melakukan negosiasi dengan para pemangku kepentingan untuk mencoba melakukan restrukturisasi bisnisnya. Proses negosiasi ini akan melibatkan Pengadilan Kepailitan AS dan pengadilan di Kepulauan Cayman, di mana likuidator perusahaan beroperasi.

Luckin Coffee pertama kali didirikan di China pada Juni 2017 dan memposisikan dirinya sebagai pesaing Starbucks. Mereka berhasil membuka ribuan toko dalam dua tahun pertama sejak berdiri dan bahkan ekspansi mereka mencapai Amerika Serikat. Perusahaan ini melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham AS pada April 2019, dengan memiliki 2.370 toko saat itu dan rencana membuka 2.500 lagi dalam tahun yang sama. Di sisi lain, Starbucks memiliki sekitar 4.000 toko di China.

Antara April 2019 dan Januari 2020, Luckin Coffee diduga melakukan pemalsuan transaksi ritel senilai lebih dari US$ 300 juta, menurut otoritas keuangan AS, Securities and Exchange Commission (SEC). Perusahaan ini melakukan tindakan pemalsuan dengan berbagai skema pembelian yang berbeda, termasuk penambahan US$ 190 juta dalam pengeluaran mereka, menciptakan database operasi palsu, dan pemalsuan catatan akuntansi mereka.

SEC juga menuduh Luckin Coffee telah menipu investor dan mengenakan denda sebesar US$ 180 juta kepada perusahaan tersebut. Otoritas keuangan China juga memberikan denda kepada Luckin dan 44 perusahaan lainnya dengan total sekitar US$ 9 juta karena pemalsuan catatan keuangan dan penyesatan publik. Saham Luckin Coffee akhirnya dihapus dari bursa saham Nasdaq pada musim panas tahun yang sama.

Pada bulan Desember, SEC menyatakan bahwa denda US$ 180 juta tersebut dapat dikurangi berdasarkan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham AS selama proses kebangkrutan. Namun, pembayaran tersebut harus disetujui oleh pemerintah China.

Meskipun menghadapi tantangan hukum dan finansial, kopi Luckin tetap populer di China. Pada kuartal III-2020, penjualan Luckin tetap tumbuh hingga 35,8% dibandingkan dengan periode sebelumnya. CEO Luckin Coffee, Jinyi Guo, menyatakan, “Luckin Coffee tetap fokus pada pertumbuhan bisnis kopi intinya dan berkomitmen pada target pertumbuhan jangka panjangnya.”