Evergrande Ajukan Perlindungan Kebangkrutan di AS Akibat Krisis Pasar Properti di China

Spread the love

BejaPT – 17 Agustus 2023 – Perusahaan properti raksasa China, Evergrande Group, telah mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat sebagai respons terhadap semakin parahnya krisis pasar properti di China. Langkah ini diharapkan akan memungkinkan Evergrande melindungi aset-asetnya di AS berkat kesepakatan bernilai miliaran dolar dengan para kreditor.

Krisis yang melanda pasar properti China telah menyebabkan Evergrande menghadapi kesulitan untuk membayar utangnya yang mencapai ratusan miliar dolar AS pada tahun 2021. Insiden ini menciptakan kepanikan di pasar keuangan global.

Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan di bawah skema Bab 15 dalam Undang-undang Kepailitan AS di Pengadilan New York. Skema ini bertujuan untuk melindungi aset-aset di AS yang dimiliki oleh perusahaan asing saat mereka berusaha merestrukturisasi utangnya.

Unit properti Evergrande memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di China, seperti yang tertera dalam informasi di situs resminya. Selain bisnis properti, perusahaan ini juga memiliki bisnis pengembangan mobil listrik dan kepemilikan klub sepak bola.

Evergrande telah berusaha untuk bernegosiasi ulang perjanjian dengan para kreditur setelah gagal membayar utang. Namun, utang perusahaan ini diperkirakan mencapai lebih dari US$300 miliar atau lebih dari Rp4.500 triliun, menjadikannya perusahaan pengembang properti dengan utang terbesar di dunia.

Saham Evergrande telah ditangguhkan dari perdagangan saham sejak tahun sebelumnya. Pada bulan lalu, perusahaan ini mengumumkan kerugian lebih dari Rp1.221 triliun (US$80) selama dua tahun terakhir.

Tak hanya Evergrande, perusahaan properti raksasa China lainnya, Country Garden, juga memperingatkan potensi kerugian hingga US$7,6 miliar selama enam bulan pertama tahun ini.

Berbagai perusahaan besar di pasar properti China sedang menghadapi kesulitan dalam mengumpulkan dana untuk menyelesaikan proyek-proyek pembangunan yang sedang berlangsung. Para ahli ekonomi seperti Steven Cochrane dari Moody’s Analytics menekankan pentingnya menyelesaikan proyek-proyek tersebut untuk mengalirkan sebagian dari pembiayaan yang dibutuhkan.

Kekhawatiran semakin meningkat terhadap stabilitas ekonomi China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang melambat dan deflasi di bulan Juli merupakan beberapa tantangan yang tengah dihadapi, mempengaruhi permintaan global terhadap barang dan jasa.

Pada akhirnya, tindakan Evergrande untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan di AS mencerminkan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan properti di tengah krisis pasar properti China. Sementara perlindungan ini mungkin memberikan kelegaan sesaat bagi perusahaan, tantangan jangka panjang yang dihadapi oleh ekonomi China dan pasar properti global tetap mengemuka.